Kamis, 01 September 2011

TRACING FLOAT, PARITAN, DAN SUMUR UJI


TRACING FLOAT, PARITAN, DAN SUMUR UJI
            Selain pemetaan geologi melalui pengamatan (pendiskripsian) singkapan, penyusuran (pencarian) lokasi endapan bijih dapat juga di lakukan dengan tracing float, paritan atau sumur uji. Secara teoritis, dengan melakukan kombinasi kegiatan antara pemetaan geologi, tracing float, paritan, dan sumur uji dengan mengumpulkan petunjuk-petunjuk kearah bijih, maka lokasi endapan dapat diketahui (ditentukan).

1. Tracing Float

            Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya grafitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ketempat-tempat yang lebih rendah (kearah hilir). Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai (lihat gambar 1)
            Tracing (penjelasan = perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan kearah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.
            Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indicator untuk menduga jarak float terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan krakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi factor pendukung.
            Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan (tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.
            Pada gambar 2 dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau tracing with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua cabang (anak) sungai. Oleh sebab itu, informasi 9peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk metode ini.
Informasi-informasi yang perlu di perhatikan adalh:
o    Peta jaringan sungai
o    Titik-titik (lokasi) pengambilan float
o    Tititk-titik informasi dimana float termineralisasi/ tidak termineraliswasi
o    Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float
o    Lokasi dimana float mulai hilang
Pada lokasi dimana float mulai hilang. Dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang.secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).

2. Trenching (pembuatan paritan)
            Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih / endapan.
o    Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji di lakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang di perolaeh antara lain: jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, kerakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapatr sebagai lokasi sampling.
o    Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji di buat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat di ketahui (lihat gambar 3). Informasi yang dapat diperoleh antara lain: adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/ mineralisasi/badan endapan dapat diketahui.  
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut:
o    Terbatas pada overburden yang tipis
o    Kedalaman penggalian umumnya 2 – 2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator / back hoe)
o    Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung)

3. Test pit (sumur uji)
            Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dcalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam vertical. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya sutau deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikahn dalam arah vertical dan horizontal.
            Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapa-endapan berlapis.
o        Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi  atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling (lihat gambar 4). Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).
o        Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisaan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3 – 5 m dengan kedalaman bervarisi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 meter atau sampai menembus batuan dasar.

            Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu di perhatikan hal-hal sebagai berikut :
o     ketebalan horizon B (zona laterit atau residual)
o     ketinggian muka air tanah
o     kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2 , H2S)
o     kekuatan dinding lubang
o     kekerasan batuan dasar

PENDAHULUAN

Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang mempunyai resiko yang tinggi (kerugian). Dalam usaha pemamfaatan sumberdaya mineral/bahan galian untuk kesejahteraan masyarakat dan pengembangan suatu daerah, diperlukan suatu usaha pertambangan. Agar usaha pertambangan tersebut dapat berjalan dan memproleh keuntungan, maka potensi sumberdaya minersl/bahan galian yang ada harus diketahui dengan pasti, begitu juga terhadap resiko yang ada, yang dapat dirinci sebagai resiko geologi, resiko ekonomi-teknologi, dan resiko lingkungan, harus dihilangkan atau paling diperkecil.
Dalam usaha untuk mengetahui potensi sumberdaya mineral/bahan galian yang ada serta mengidentifikasi kendala alami maupun kendala lingkungan yang mungkin ada, makaperlu dilakukan eksplorasi terlebih dulu. Jadi kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan sebelum suatu usaha pertambangan dilaksanakan. Hasil dari kegiatan eksplorasi tersebut harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumberdaya mineral/bahan galian maupun kondisi-kondisi geologi yang ada, agar study kelayakan untuk pembukaan usaha pertambangan yang dimaksud dapat dilakukah dengan teliti dan benar (akurat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar