Kamis, 01 September 2011

AIR ASAM TAMBANG (AAT)


 BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
       Permasalahan mengenai lingkungan dalam industri pertambangan khususnya industri pertambangan batubara sangatlah perlu diperhatikan karena dampak yang akan ditimbulkannya dan erat hubungannya dengan jalannya proses pada suatu industri kemudian akan menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan pada perusahaan, seperti pengelolaan limbah akibat kegiatan penambangan dan upaya pencegahan maupun pengendalian serta perbaikan terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin ditimbulkan industri tersebut. Adapun dampak negatif terhadap lingkungan akibat dari kegiatan penambangan salah satunya adalah masalah air asam tambang  ( mine acid drainage ).
       Suatu tindakan awal kegiatan tambang, yaitu sejak eksplorasi (penyelidikan) atau tahap perencanaan perlu dilakukan untuk mengetahui dan menghitung besarnya potensi air asam tambang yang akan ditimbulkannya. Mengetahui potensi keasaman dari suatu tambang sangat penting karena keasaman batuan tersebut baru merupakan potensi yang kehadirannya belum tentu akan menjadi persoalan setelah dilakukan eksploitasi. Potensi air asam tambang memerlukan antisipasi agar keberadaannya tidak menjadi berbahaya sehingga dapat berdampak kepada kerusakan/pencemaran lingkungan.   
       Timbulnya air asam tambang ( acid mine drainage ) bukan hanya berasal dari hasil pencucian batubara tetapi juga dari dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga menimbulkan permasalahan kepada kualitas air dan juga tanah. Potensi air asam tambang harus diketahui dan dihitung agar langkah – langkah preventif serta pengendaliannya dapat dilakukan. Pengelolaan yang benar harus dilakukan agar suatu cebakan mineral beserta batuan – batuan penutup dan batuan – batuan sampingnya tidak menjadikan persoalan dikemudian hari, baik sewaktu tambang itu sedang aktif ataupun setelah tambang tersebut tidak beroperasi lagi.
       Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan penambangan berakhir, karena air asam tambang ( mine acid drainage ) dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah, selain itu jika dialirkan ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat yang tinggal disepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup didarat juga biota diperairan.
1.2   Identifikasi Masalah
       Apabila terjadi air asam tambang identifikasi masalah yang dilakukan dalam perencanaan pengendalian air asam tambang adalah sebagai berikut :
-     Mengetahui karakteristik dari tanah/batuan penutup ( over burden ) terhadap adanya material yang berpotensi membentuk asam dan non asam atau bahan yang mengandung kapur
-     Lahan bekas penambangan yang dibiarkan terbuka dan tidak ditutup kembali dengan lapisan penutup ( over burden ) atau top soil akan menyebabkan teroksidasinya mineral – mineral sulfida berupa pirit, terutama terjadi pada waktu hujan. 



1.3 Rumusan Masalah
       Penelitian ini dilakukan guna mengidentifikasi cara pengendalian air asam tambang yaitu sebagai berikut :
1.   Berapa jumlah hydrate lime yang dibutuhkan dalam penetralan air asam tambang.
2.   Apakah air yang dialirkan ke sungai telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pencemaran air kelas II.
3.   Apakah kualitas air limbah dari kolam pengendap telah sesuai dengan baku mutu air limbah Perda Kaltim No. 26 th 2002
1.4 Tujuan
1.   Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah terbentuknya kembali air asam tambang
2.   Untuk mengetahui metode atau alat apa yang digunakan dalam pengendalian air asam tambang.
1.5 Pemecahan Masalah
1.   Pembangunan tanggul, parit dan gorong – gorong untuk mengalihkan aliran               air permukaan.
2.   Pembuatan sistem penirisan air dengan memasang pompa – pompa di lokasi penambangan.
3.   Pembangunan kolam pengendapan di lokasi tambang untuk mencegah terjadinya pelumpuran dan peningkatan pelumpuran.
4.   Melakukan pemantauan derajat keasaman air limbah penambangan di kolam pengendapan.
5.   Melakukan penetralan air limbah dalam kolam pengendapan dengan bahan – bahan kimia.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Air Asam Tambang
 Air asam tambang ( AAT ) atau dalam bahasa asingnya Acid Mine Drainage (AMD) adalah air yang terbentuk di lokasi penambangan dengan pH rendah           ( pH < 6 ) sebagai dampak dibukanya suatu potensi keasaman batuan  sehingga menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air dan tanah, dimana pembentukannya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu air, oksigen, dan batuan yang mengandung mineral – mineral sulfida ( pirit, kalkopirit, markasit, dll ). Kegiatan penambangan ini dapat berupa tambang terbuka maupun tambang dalam ( bawah tanah ).
2.2 Proses Terjadinya Air Asam Tambang
 Proses tejadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral – mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O) dan oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam beberapa persamaan reaksi sebagai berikut :
1. FeS2 + 7/2 O2 + H2O                   Fe+2 + 2SO4-2 + 2H+
2. Fe+2  +  ¼ O2  +  H+                   Fe+3  +  ½ H2O
3. Fe+3  +  3H2O                             Fe(OH)3  + 3H+
4. FeS2  +  14Fe+3  +  8H2O           15Fe+2  +  2SO4-2   +  16H+
Ada tiga ( 3 ) jenis sulfida dalam air maupun air limbah yaitu :
a.   Total sulfida : mencakup H2S, HS terlarut dan sulfida – sulfida logam tersuspensi yang dapat dihidrolisis dengan asam.
b.   Sulfida terlarut : sulfida yang tertinggal setelah padatan tersuspensi dalam contoh air dihilangkan dengan cara fluktuasi maupun pengendapan.
c.   H2S yang tidak terionisasi : H2S jenis ini dapat dihitung dari konsentrasi H2S terlarut, pH contoh air dan konstanta ionisasi H2S.
 Faktor – faktor kimia yang menentukan pembentukan air asam tambang adalah :
-          pH
-          Temperatur
-          Kandungan O pada fase gas, dengan kejenuhan < 100 %
-          Kandungan O pada fase cair
-          Akumulasi kimia dari Fe3+
-          Luas permukaan mineral sulfida yang terpajan
-          Energi kimia yang dibutuhkan untuk menurunkan asam
-          Peranan bakteri
 Sedangkan sifat fisik yang mempengaruhi migrasi air asam tambang , adalah :
-          Kondisi limbah
-          Permeabilitas limbah
-          Keberadaan lubang air
-          Tekanan lubang air
-          Mekanisme perpindahannya
       Faktor yang mengendalikan tingkat perpindahan kontaminan adalah jumlah pengencer dan tingkat pencampuran yang membentuk air asam tambang yang pindah dari sumber ke lingkungan penerimanya.
2.3  Sumber – Sumber Air Asam Tambang
       Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan oksida sulfur menjadi asam. Sumber – sumber air asam tambang antara lain berasal dari kegiatan – kegiatan berikut :
1.   Air dari tambang terbuka
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan penutup,    sehingga unsur sulfur yang terdapat dalam batuan sulfida akan mudah teroksidasi dan bila bereaksi air dan oksigen akan membentuk air asam tambang.
2.   Air dari unit pengolahan batuan buangan
Material yang banyak terdapat pada limbah kegiatan penambangan adalah batuan buangan ( waste rock ). Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat dengan bertambahnya kegiatan penambangan. Sebagai akibatnya, batuan buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung dengan udara terbuka membentuk senyawa sulfur oksida selanjutnya dengan adanya air akan membentuk air asam tambang.
3.   Air dari lokasi penimbunan batuan
Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air asam tambang karena adanya kontak langsung dengan udara yang selanjutnya terjadi pelarutan akibat adanya air.
4.   Air dari unit pengolahan limbah tailing
Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui mempunyai potensi dalam membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya cukup tinggi karena adanya penambahan hydrated lime untuk menetralkan air yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya. Air yang masuk ke dalam tailing pond yang bersifat asam tersebut diperkirakan akan menyebabkan limbah asam bila merembes keluar dari tailing pond. 
2.4 Dampak – Dampak Air Asam Tambang
       Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif dari air asam tambang tersebut antara lain yaitu :
2.4.1    Masyarakat disekitar wilayah tambang
       Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak dirasakan secara langsung karena air yang dipompakan ke sungai atau ke laut telah dinetralkan dan selalu dilakukan pemantauan 1 x seminggu menggunakan alat “water quality checker” (untuk mengetahui temperatur, kekeruhan, pH, dan salinity), hasil pemantauan disesuaikan dengan Baku Mutu Air Sungai dan Air Laut dan dapat dilihat pada Lampiran 5. Namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian penduduk menjadi terganggu.   
2.4.2    Biota Perairan
       Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran benthos dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Pada perairan yang baik dan subur benthos akan mengalami kelimpahan, sebaliknya pada perairan yang kurang subur benthos tidak akan mampu bertahan hidup. Data mengenai keberadaan benthos yang ada dibeberapa TP ( titik pemantauan ) dapat dilihat pada Lampiran 6.
2.4.3   .Kualitas Air Permukaan
       Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air yang mengalami perubahan diantaranya adalah pH, padatan terlarut, padatan tersuspensi, COD, BOD, sulfat, besi, dan Mangan. 
2.4.4        Kualitas Air Tanah
       Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak mengandung logam - logam berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman, sedangkan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman seperti fosfor, magnesium, kalsium sangat kurang. Akibat kelebihan unsur hara mikronya dapat menyebabkan keracuanan pada tanaman, ini tandai dengan busuknya akar tanaman sehingga tanaman menjadi layu.

2.5. Mineral-mineral Pembentuk Air Asam Tambang
Mineral–mineral yang terdapat pada batuan penutup di daerah pertambangan adalah kandungan sulfida alami, paling umum yaitu dalam bentuk pirit. Apabila mineral-mineral ini terkena oksigen dan air selama penambangan, maka akan mengalami oksidasi sehingga menghasilkan air asam sulfat. Dibawah ini menjelaskan reaksi pirit dengan oksigen dan air :

Fe  + 15/4   +  7/2 O  ®    +  2

Air asam tambang terbentuk ketika mineral-mineral sulfida dalam batuan muncul di permukaan pada kondisi oksidasi. Banyak tipe dari mineral sulfida, sulfida besi yang sering terdapat pada batubara yang didominasi pirit dan markasit.
Beberapa sulfida-sulfida logam yang dapat menyebabkan air asam tambang:
Tabel 3. 1. Jenis-jenis Sulfida

No
Rumus Senyawa
Nama Senyawa
1
FeS2
Pyrite
2
FeS2
Marcasite
3
FexSx
Pyrrhotite
4
Cu2S
Chalcosite
5
CuS
Covellite
6
Cu FeS2
Chalcopyrite
7
MoS2
Molybdenite
8
NiS
Millerite
9
PbS
Galena
10
ZnS
Sphalerite

Apabila mineral-mineral sulfida muncul di permukaan pada kondisi oksidasi, maka mineral-mineral sulfida akan teroksidasi, bereaksi dengan air dan oksigen menjadi kondisi asam tinggi, kaya akan sulfat. Komposisi logam dan konsentrasi-konsentrasi pada tipe mineral sulfida hadir dalam jumlah yang banyak.
Berdasarkan persamaan kimia dapat diketahui prosesnya sebagai berikut:
Persamaan 1 :     FeS2 +   7/2 O2   +  H2O  «  Fe+2   +  2 SO4-2  +  2 H+
Persamaan 2 :     Fe+2  +   1/4 O2  +   H+   «  Fe+3  +  1/2 H2O
Persamaan 3 :     Fe+3  +   3 H2O  «  Fe(OH)  +  3H+
Persamaan 4 :     FeS2  +  14 Fe+3  +8 H2O «  15 Fe+2  + 2 SO4-2  + 16 H+

Persamaan 1, besi sulfida teroksidasi melepaskan besi ferro, sulfat dan asam
Persamaan 2, besi ferro dalam persamaan dua akan teroksidasi menjadi besi ferri
Persamaan 3, besi ferri dapat terhidrolisis dan membentuk ferri hidrosida dan asam.
Persamaan 4, besi ferri secara langsung bereaksi dengan pirit dan berlaku sebagai katalis yang menyebabkan besi ferro yang sangat besar, sulfat dan asam.
Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk secara akumulasi dan kompaksi dari sisa-sisa tumbuhan dalam lingkungan reduksi seperti pada daerah rawa. Sulfur di dalam batubara dan lapisan pembawa batubara dapat terjadi seperti sulfur organik, sulfur sulfat dan pirit sulfur. Beberapa sulfur nampak pada seam batubara setelah peat berubah menjadi batubara, hal ini dibuktikan dengan adanya pirit pada fracture vertikal permukaan yang disebut cleat. Pada seam pirit banyak hadir dalam lapisan batubara dan overburden terjadi seperti butiran kristal yang sangat kecil tercampur dengan organik dari batubara dan juga tersebar disekitar lapisan-lapisan dari sandstone dan shale. Sumber sulfur yang luas terdapat pada konkresi, nodule, lensa band dan pengisian pada lapisan-lapisan porous.
Sulfat sulfur biasanya hanya ditemukan dalam jumlah minor dalam fresh coal dan berasosiasi dengan batuan-batuan. Sulfat sulfur biasanya merupakan hasil dari pengaruh iklim dan oksidasi dari sulfida sulfur. Sulfat merupakan hasil reaksi dari oksidasi pirit dan relatif tidak menghasilkan asam. Pirit atau sulfida sulfur adalah penyebab sulfur yang utama dalam batubara biasanya berasosiasi dengan batuan. Semua mineral-mineral sulfida itu mungkin hadir, besi sulfida merupakan hal utama dan penghasil asam yang terutama. Berdasarkan maksimal potensial asam dari korelasi tertutup antara sample overburden dan pirit sulfur maka kita dapat mengetahui tipe dari pirit sulfur
Angka dari oksidasi pirit tergantung variable angka, yaitu : permukaan reaktif dari pirit sulfat, konsentrasi oksigen, kelarutan pH, sumber-sumber katalis, pembilasan (flushing) frequencies dan kehadiran dari bakteri Thiobacillus. Karakteristik dari air asam tambang adalah : pH dan ion hydrogen rendah, sulfat dan kadar besi tinggi.


BAB III
PEMBAHASAN

5.1 Upaya – Upaya Pengendalian Air Asam Tambang
       Upaya pengendalian dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. Dalam mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan sebelum maupun setelah terbentuknya air asam tambang.
a.   Penanganan yang dilakukan sebelum air asam tambang terbentuk.
       Upaya penanganan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
       - Menutup dan menimbun
Upaya pencegahan timbulnya air asam tambang yang dilakukan dengan cara             menutup dan menimbun kembali dengan segera lokasi bekas penambangan yang telah selesai diambil batubaranya agar jangan sampai terjadi oksidasi mineral sulfida dengan air dan udara pada batuan pirit yang terbuka akibat proses penambangan.
      - Mencegah masuknya O2
Lahan bekas penambangan berbentuk cekungan yang mengandung mineral sulfida pada dasar lapisan ( floor ) batubaranya ditutup dengan air dengan kedalaman  tertentu ( dalam keadaan diam tidak mengalir ) guna mencegah masuknya O2 sehingga tidak terjadi oksidasi antara mineral sulfida, O2, dan air.
      - Capsule
Metode ini dilakukan dengan cara melapisi material yang mengandung sulfida dengan tanah liat.
b.   Penanganan yang dilakukan setelah air asam terbentuk.
Upaya penetralan yang dilakukan oleh pihak perusahaan jika masih terdapat air  asam tambang pada lahan bekas penambangan dengan menambahkan kapur (hydrated lime) ke dalam air. Jumlah penambahan bahan – bahan tersebut selalu didasarkan pada hasil percobaan dan perhitungan dengan metode titrasi. Data tersebut dapat dilihat pada lampiran 7
Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan air asam tambang. Hydrated lime dapat diperoleh dengan menggunakan proses kalsinasi terhadap batu gamping. Batu gamping dipanaskan pada suhu 6000 C – 9000 C dengan tekanan 1 atm sehingga menghasilkan CaO (kapur tohor). Reaksi kimianya adalah sebagai berikut :
                              CaCO3                CaO + CO2 
Setelah terbentuk CaO, selanjutnya dilakukan proses hidrasi, yaitu CaO dilarutkan dalam air.
                              CaO + H2O                  Ca(OH)2
Reaksi penetralan air asam tambang dengan hydrated lime adalah :
                              Ca(OH)2 + H2SO4                CaSO4 + H2O

5.2   Penetralan Air Asam Tambang
       Dalam hal ini bahan yang digunakan untuk penetralan tersebut adalah hydrated lime ( Ca(OH)2 ). Sebelum proses penetralan dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
    Kondisi lahan bekas penambangan
      Lokasi bekas penambangan batubara berbentuk cekungan setelah kegiatan penambangan selesai. Ciri – ciri lokasi bekas penambangan ini adalah sebagai berikut:
-          Mineral sulfida ( pirit ) terkandung pada batuan penutup  ( over burden), lapisan atas batubara dan setelah kegiatan penambangan selesai lapisan batubara disisakan ± 10 cm ( floor batubara ) pada dasar cekungan untuk mendapatkan batubara bersih.
-          Air permukaan terutama berasal dari air hujan dan air dari sekitar lokasi penambangan yang masuk kedalam cekungan sehingga cekungan berbentuk kolam yang besar.
-          Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan air yang masuk kedalam cekungan cukup besar sehingga volume air pada cekungan juga meningkat.
-          Material penutup (over burden ) pada lapisan batubara di daerah penambangan adalah jenis mudstone, batupasir, dan batulempung.

    Proses terbentuknya air asam tambang pada daerah bekas penambangan     
      Terbentuknya air asam tambang karena adanya reaksi kimia antara tiga komponen utama pembentuk air asam tambang, yaitu : lapisan roof / floor batubara serta batuan penutup ( over burden ) yang mengandung mineral sulfida, air, dan oksigen.
       Mineral sulfida sebagai faktor utama pembentuk air asam tambang terkandung dalam lapisan batubara, dimana mineral sulfida ini tersingkap sejak kegiatan penambangan dilakukan. Setelah penambangan selesai pada lokasi bekas penambangan masih disisakan lapisan batubara dengan ketebalan ± 10 cm yang berupa lantai batubara ( floor ). Pada daerah penelitian mineral sulfida terdapat pada lantai batubara dan lapisan batubara yang tidak ditambang
Komponen pembentuk air asam tambang lainnya adalah air dan oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air pada cekungan semakin besar, sehingga cekungan berbentuk kolam besar.
            Dengan adanya oksigen yang berasal dari udara, maka terjadi reaksi kimia antara mineral sulfida, air, dan oksigen. Dari reaksi ketiga komponen tersebut maka terbentuklah air asam tambang. 
5.3 Pencegahan Pembentukan Kembali Air Asam Tambang
       Pembentukan air asam tambang dapat diatasi dengan menghilangkan atau mengurangi satu atau lebih komponen – komponen pembentuk air asam tambang. Pencegahan terbentuknya air asam tambang pada kolam bekas penambangan adalah dengan cara pelapisan.
       Pelapisan adalah cara pengendalian terbentuknya air asam tambang dengan membatasi kontak oksigen dan air terhadap lapisan batubara yang mengandung mineral sulfida. Pelapisan ini dilakukan dengan cara menutupi lapisan batubara yang berupa lantai batubara dengan material yang bersifat impermeable misalnya mineral liat.
       Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari sistem pelapisannya adalah sebagai berikut :
  Kandungan sulfur
     Semakin besar kandungan sulfur pada batuan maka semakin besar pula kemungkinan      terjadinya reaksi oksidasi dengan oksigen dan air.
   Porositas
      Porositas mempengaruhi kemungkinan masuknya air serta udara ke dalam lantai batubara yang mengandung mineral sulfida. Semakin besar porositas maka semakin besar juga kemungkinan terjadinya reaksi oksidasi.
  Luas permukaan kristal pirit
     Semakin luas permukan kristal pirit yang tidak tertutupi maka semakin besar pula kemungkinan terkena air dan udara.
  Kereaktifan kristal pirit
     Meskipun kristal pirit terkena udara dan air tetapi kereaktifan dari kristal pirit sendiri berbeda. Kereaktifan ini mempengaruhi kecepatan dari reaksi oksidasinya.
       Secara umum penutupan batuan sulfida ini menggunakan mineral liat dengan langkah – langkah sebagai berikut :
-          Air asam tambang yang telah netral dikeluarkan dari kolam bekas penambangan dengan menggunakan pompa air. Air tersebut dikeluarkan menuju aliran sungai didekat kolam bekas penambangan.
-          Setelah air dikeluarkan seluruhnya langkah berikutnya adalah pelapis liat ditukar diatas material sulfida kemudian dipadatkan dengan memanfaatkan lalu lintas alat berat selama proses penumpukan batuan, pemadatannya harus benar – benar diperhatikan dan rata.
-          Selanjutnya digunakan material tambang untuk melapisi dan dilakukan pemadatan lagi. Ketebalan penutupan batuannya disesuaikan dengan rencana yang sudah dibuat dan ketersediaan material yang dipakai untuk penutupan batuan sulfida  (gambar 5.5)
-          Lapisan terakhir yang digunakan adalah tanah humus (top soil). Penutupan lokasi bekas penambangannya dilakukan dengan menggunakan material yang ada pada daerah penambangan, dalam hal ini material yang digunakan adalah material hasil bongkaran dan top soilnya juga dari daerah penambangan. 

BAB IV

PENUTUP


4.1  Kesimpulan
1.   Terbentuknya air asam tambang disebabkan karena teroksidasinya mineral sulfida ( pirit ) yang terdapat pada tanah / batuan penutup, dan lapisan roof / floor batubara  dengan air dan oksigen.
2.   Penanganan yang dilakukan terhadap air asam tambang dengan penetralan. Bahan penetral yang digunakan adalah hydrated lime, penggunaan hydrated lime karena dianggap lebih ekonomis dibandingkan bahan penetral kimia lainnya.
3.   Curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan air asam terbentuk kembali jika bereaksi dengan udara dan mineral sulfida pada lantai batubara. Untuk itu  lokasi bekas penambangan harus segera ditutup agar tidak terjadi reaksi antara ketiganya. Bahan penutup yang efektif digunakan adalah bahan yang bersifat non asam dan kedap air ( impermeable ).

4.2   Saran
  1. Lokasi bekas penambangan harus selalu dikontrol agar pembentukan air asam tambang dapat diantisipasi.
  2. Segera lakukan penutupan pada lahan bekas penambangan menggunakan batuan penutup dan top soil agar terbentuknya air asam tambang dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
Ø  Eko Suciratmadi Wiranto, Laporan Tugas Akhir, Kajian Teknis Produktivitas Alat  Muat dan Alat Angkut Untuk Pengupasan Tanah Penutup di Site Lati PT Berau Coal, 2005

Ø  Kumpulan Makalah Seminar Air Asam Tambang Di Indonesia Kerjasama Departemen Pertambangan Dengan Institut Teknologi Bandung, 1996

Ø  Laporan Tugas Akhir, Geokimia Overburden dan Reklamasi pada Pit Satui PT Thiess Contractors Indonesia, 2005

Ø  Mario Lee Pisco, Laporan Kerja Praktek, Penanggulangan Air Asam Tambang dengan Pengapuran Selama 24 Jam terus menerus dengan Active Treatment pada PT Tambang Batubara Bukit Asam, 2005





1 komentar:

  1. Cukup bernmanfaat menambah wawasan kita bersama . Terima kasih. (Ir. Suparno, M.Si)

    BalasHapus